Konsep Tingkat Suku Bunga
(Risanda Alirastra Budiantoro – 12/330600/EK/18790 – Ilmu Ekonomi )
(Risanda Alirastra Budiantoro – 12/330600/EK/18790 – Ilmu Ekonomi )
Sampai saat ini kita telah membicarakan mengenai bekerjanya pasar uang
serta teori mengenai permintaan uang, untuk mengkaji lebih dalam menganai aspek
dari salah satu dimensi pasar uang adalah tingkat bunga atau interest rate. Tingkat suku bunga
memegang peranan penting dalam setiap perekonomian yang menggunakan uang untuk
penyimpan kekayaan (store of value). Sebagai
contoh Rp 1000 hari ini = Rp 1100 tahun depan
•
Harga relatif uang
à
(t+1)/t = 1100/1000 = 1.1
•
Simple interest rateà ((t+1)-t)/t)
•
1100-1000/1000 = 0.1 atau 10%
Dengan i = 0.10
•
Dalam satu tahun Rp1000×(1+0.10) = 1100
•
Dalam dua tahun
Rp1000×(1+0.10)×(1+0.10) atau Rp1000×(1+0.10)2 = 1210
•
Dalam tiga tahun
Rp1000×(1+0.10)3 = 1330
Jadi dalam n tahun : Rp1000×(1+0.10)n
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Tingkat suku bunga
dapat mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam mengkonsumsi,
membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalam rekening tabungan. Suku
bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan
perusahaan apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan
kapasitas. Menurut Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan
suku bunga yaitu :
a.
State rate
adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk
menghitung beban bunga
b.
Annual percentage
rate adalah tingkat bunga disetahunkan dengan menyesuaikan stated rate
untuk jumlah periode pertahun dan jumlah pokok yang benar-benar dipinjam
c.
Yield adalah
tingkat bunga yang ekuivalen denga satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga
syarat : jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, pada awal tahun, kemudian
dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga.[1]
Instrument pasar utang di bagi menjadi empat jenis, yaitu pinjaman
sederhana, pinjaman dengan pembayaran tetap, obligasi kupon, dan obligasi tanpa
kupon atau obligasi diskonto.Keempat instrument pasar utang ini dapat digunakan
untuk mengukur tingkat bunga.Tingkat bunga pasar utang berbeda dengan tingkat
bunga bank sentral karena tingkat bunga bank sentral merupakan salah satu
instrument kebijakan moneter, tetapi tingkat bunga bank sentral terintegrasi
dengan tingkat bunga pasar utang.
a.
Pinjaman Sederhana
Pinjaman sederhana ( simple loan ) adalah sejumlah pinjaman debitur yang
dibayar kembali pada waktu jatuh tempo ditambah bunga pinjaman. Dari pinjaman
sederhana tingkat bunga dihitung sebagai berikut :
R = (TP – LV ) / LV x 100 %
Dimana :
R
= tingkat bunga nominal
TP
= total pembayaran
b. Pinjaman
Pembayaran Tetap
Pinjaman pembayaran tetap ( fixed payment loan ) adalah sejumlah pinjaman
debitur yang dibayar setiap periode di tambah bunga pinjaman dengan jumlah
tetap, biasanya per bulan. Masalah dalam pinjaman pembayaran tetap adalah
menentukan pembayaran tetap awal tahun. Formula pinjaman pembayaran tetap
adalah :
Di mana:
FP
= jumlah pembayaran tetap
T = periode waktu jatuh tempo
C. Obligasi
Kupon
Obligasi kupon ( cupon bond ) artinya penerbit atau penjual obligasi
membayar bunga tetap (coupon payment ) kepada pemegang obligasi setiap tahun
dan nilai nominal pada waktu jatuh tempo. Masalah umum pada obligasi kupon,
dimana system pembayaran hamper sama dengan pinjaman pembayaran tetap, yaitu :
P = C/(1+R) + C/(1+R)2 + … + C/(1+R)n + F/(1+R)T
P = C x (1-1/(1+R)T)/R + F/(1+R)T
Dimana :
P = harga obligasi kupon
C = kupon obligasi
F = nilai nominal obligasi
d. Obligasi
Tanpa kupon atau Obligasi Diskonto
Obligasi diskonto ( discount bond atau zero-coupond bond ) adalah
obligasi tanpa kupon yang dibeli dibawah harga nominal dan dibayar kembali
besar nominal sesudah jatuh tempo. Metode perhitungan tingkat bunga dari
obligasi diskonto atau tanpa kupon mirip dengan perhitungan pinjaman sederhana.
Tingkat suku bunga dan harga obligasi memiliki hubungan negative. Jika tingkat
bunga naik maka harga obligasi turun, sebaliknya jika tingkat bunga turun maka
harga obligasi naik yaitu :
R = (F – P) / P
Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang tidak
memperhitungkan nilai inflasi. Tingkat suku bunga riil adalah tingkat suku
bunga yang memperhitungkan inflasi, sehingga perhitungan tingkat suku bunga
tersebut lebih mencerminkan cost of
borrowing yang sebenarnya (Mishkin, 2007). ingkat suku bunga riil yang
memperhitungkan ekspektasi perubahan tingkat harga disebut sebagai ex ante real
interest rate. Sedangkan tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan perubahan
tingkat harga aktual disebut sebagai ex post real interest rate. Tingkat suku
bunga riil , tingkat suku bunga dan inflasi dihubungkan oleh persamaan fisher
(fisher equation) sebagai berikut:
Dimana :
ir = suku bunga nominal
suku bunga riil
saat suku bunga riil
rendah, insentif untuk meminjam akan meningkat sedangkan insentif untuk memberi
pinjaman akan semakin turun ataupun sebaliknya, apabila tingkat suku bunga riil
tinggi, maka tingkat meminjam akan semakin cenderung menurun dan pemberi
peinjaman akan semankin naik.
[1] Waro
Muhammad, Tingkat Dan Struktur Suku Bunga,
Diakses dari : http://waromuhammad.blogspot.com/2012/02/tingkat-dan-struktur-suku-bunga.html
pada tanggal 21 september 2013, pukul 17.00