Tak ada sesuatu yang istimewa
yang membedakan malam ini dengan malam-malam lainnya. karena kami memang tak
diajarkan untuk berbeda dan tak satupun dari kami menginginkannya, menginginkan
untuk berbeda, dalam berbagai arti dan berbagai sudut pandang. dalam nama
multikultural, keselarasan tak dicapai hanya dalam kedipan mata.
Saat keseragaman dijunjung
tinggi, sulit untuk menjadi satu diantara ratusan insan cendekia dari tiap
inchi daratan Nusantara. tak mudah memetik menit untuk dirimu saat nasionalisme
terpenetrasi, menjadi idealisme yang menggenggam tanganmu tiap waktu.
Buku : SMA Taruna Nusantara Magelang Sekolah Terbaik di Indonesia |
Buku : Bocah-Bocah Pirikan Reflesi 20 tahun SMA Taruna Nusantara |
Mereka bilang, aku telah
menjual masa remajaku dengan masa tempaan, demi kegemilangan masa depan. aku tak
menyebutnya menukar, karena aku sama sekali tak merasa kehilangan. Jika
kausebut aku dramatis, hakmu sebagai pembaca. dan kami selalu diajarkan untuk
menghargai hak orang lain. Banyak hal istimewa yang mereka ajarkan padaku
disini. yang menurutku tak kan
kutemukan dilain tempat dan lain waktu. Disini kami diajarkan betapa
berharganya sebatang pena dan selembar sapu tangan. Tak akan segan mereka
membentak ku jika tak menemukan satu diantaranya di sakuku.
Amanat Presiden Soeharto |
Dan aku mulai terbiasa dengan
rasa takut saat tahu aku datang tanpa kilauan mata sabuk maupun ujung sepatuku.
saat ke-tujuh garis di kemejaku tak cukup tajam, sedangkan jaket dan celanaku
tak cukup halus. saat helai rambutku menyentuh kerah maupun saat kuku jemariku
terlalu panjang. 'begini kalian sebut diri kalian lelaki?". tak ada
kecaman memang. bayangkan saja saat kau diragukan sebagai seorang lelaki, saat
kau memang satu diantaranya. meskipun dalam hati kau mengakuinya.
Disini kami diajarkan, betapa
satu ketuk langkah sepatu mencerminkan 302 kepribadian rekanmu. saat
kelantangan suara menjadi perlambang nyali dan ketegasanmu. dan kau dapat
mendengar semangat kami dari nada-nada yang kami teriakkan. awalnya ku
menjerit, dan mungkin rekan-rekanku juga. namun perlahan hal itu mengarteri.
tak lengkap kini rasanya jika kata-kata itu tak mengiringi tabuhan jantung hati
kami.
Saat
kami berkumpul bersama, adalah saat yang tak sanggup tuk tak dikenang. dimana
kami merasa seiya sekata, satu hati, satu tujuan, satu mimpi, satu tekad.
memberikan karya terbaik tuk masyarakat, bangsa, negara, dan dunia. Apalah
artinya kata-kata lantang itu jika memang tekad telah terpatri di dasar hati.
maafkan kami jika terkadang masih terkhilaf dalam menghafal tiap huruf tiap kata,
namun kami tak mungkin salah jika memang kami berniat tuk mewujudkan ikrar
kami. mungkin tak disini, tak sekarang. detik nanti, kan kami buktikan.
Tanjakan-tanjakan itu kami
telusuri tiap tepinya. bersama, bersenandung dengan riang. peduli setan dengan
peluh, maupun rasa panas yang menggigit kaki kami di tengah terik mentari.
seakan memaksa kami tuk berhenti, kembali, menangisi. maaf! kami berbeda,
karena kami BERSEMANGAT. betapa kata kecil itu terdengar hangat dan luar biasa
saat kami pekikan ditengah rindangnya ranting-ranting doa yang mengiringi kami.
hingga akhirnya kami berhasil merangkaki rumput dan lumpur demi meraih sebuah
warna, yang mengantarkan kami pada tahapan perjuangan selanjutnya.
Indah???….. tergantung
bagaimana kau memaknainya. mungkin tak setiap orang yang dapat melihat hentakan
kaki-kaki kecil kami sebagai sebuah tarian. tak apa, nasib seorang seniman.
hanya mereka yang memahami, ketika derap per derapnya kami resapi dengan niatan
tulus. patutkah jika kami dikatakan penghibur? saat kami memang mencoba
menyunggingkan senyum diantara jiwa-jiwa yang dengan berat melapas kami untuk
bernaung dibawah Pancasila. dibawah payung Sumpah Pemuda. di atas bumi Indonesia. kami
adalah kami seutuhnya.
Pembaretan SMA Taruna Nusantara |
Kuntum-kuntum generasi
menyengat asa kami. kini tak hanya kami yang berdiri disini. ratusan tawa-tawa
manja itulah yang kini harus kami patri. Ya, memang kami tak sepadan. namun
masih ada takdir yang harus kami gulirkan. abang, kakak, dan adik. mencoba
beriring dan berseragam. menjaga roda almamater kami tetap berputar dan
bersinar.
Jutaan tetes air mata yang
mampu kami teteskan disini. Saat kami harus berlari untuk apa yang telah orang
lain lakukan. Saat kami harus menahan lapar untuk tak mendengar hentak dan
bentakan. Saat kami merindukan hangat peluk disela dinginnya iklim kemandirian.
Saat kami menahan hati untuk tetap menjaga harga diri, saat benih-benih cinta
mulai tumbuh diantara kami. Saat kami mengantarkan abang dan kakak melangkah
menyusuri jalan kenangan. Hingga tiba saatnya kami dihantar, dan menciptakan
prasasti kami sendiri sebagai pertanda rampungnya masa kami disini.
The Graduation Taruna Nusantara XX batch |
Passing Out |
Penghormatan Terakhir untuk Almamater |
Apalah arti air mata saat sesungguhnya kau
dapat tersenyum tertawa tiap waktunya. Ketika namamu tersebut dan tersanjung di
tengah balairung atas tinta emas yang kau torehkan. Ketika seseorang bernyanyi
sebagai hadiah atas bertambah kedewasaanmu. sefals apapun suara mereka akan
tetap terdengar merdu di telingamu. Ketika secarik kertas yang terselip
diantara lembaran persahabatan berubah menjadi cinta. Ketika kau membalik masa
lalu, dan menemukan peranmu dalam rangkaian pengabdian itu. ketika kau melihat
jejakmu dikagumi dan dijejaki kembali oleh pelita-pelita kecil itu. Ketika kau
mengagumi dia yang mungkin tak kau kenal, merasakan sensasi yang membuktikan
kedewasaan dalam aliran darah yang remaja.
Tiga tahap, lalu tiga bulan.
tiga bulan dalam tiga tahun. tiga tahun untuk selamanya. Selamanya kita kan bersama,
bersenandung, berderap, berlari, bercanda, berpeluh, berpelukan, bermandikan asa
dan cita-cita. tuk menjadi generasi penerus bangsa. dan kini apalah arti
kilauan teknologi dan harumnya revolusi? Ketika aku akan selalu dapat menemukan
kebahagiaan kala melukis diatas pisang di ruang komunikasi bersama :) dan masih
berlanjut... HAPPY BIRTHDAY, PRASASTI Angkatan XX !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar